Friday, 16 December 2022

Pengelolaan sampah yang baik dapat menyehatkan lingkungan

A. Apa itu sampah?

Sampah merupakan material sisa hasil dari aktivitas manusia dalam bentuk padat yang diproduksi baik dalam rumah tangga maupun industri. Sampah terbagi ke dalam dua pengelompokan, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik merupakan bahan yang berasal dari mahluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang dapat dengan mudah diuraikan, misalnya hasil sisa makanan atau sisa dapur, seperti sayuran, kulit buah, dedaunan, dan lain sebagainya. Sedangkan, sampah anorganik merupakan bahan yang bukan berasal dari mahluk hidup yang sulit untuk terurai, misalnya sampah platik, beling, kaca, Styrofoam, dan lain-lain.

Sampah anorganik

 

Sering kali dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan sampah tidak terlaksana dengan baik dan benar. Karena tidak mau repot dalam memilah sampah, makanya kedua jenis sampah (organik dan anorganik) ditumpuk begitu saja menjadi satu. Sebenarnya, sudah banyak informasi dari berbagai pihak seperti pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di media sosial maupun penyuluhan secara langsung kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah. Namun, masyarakat sering kali lalai dan kurang peduli terhadap lingkungan, serta hanya ingin hidup instan terutama dalam pengelolaan sampah. Maka sering kali kita jumpai sampah berserakan dimana-mana dan tidak terkelola. Penumpukan sampah yang berujung ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau hanya tertumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) hingga menggunung. Penumpukan sampah organik dan anorganik akan terus meningkat jika tidak dikelola dengan baik dan benar.

 

Infraluteus
UPST Bantar Gebang

 

Diperkirakan setiap individu manusia dapat menghasilkan 0,3 kg sampah per harinya. Bayangkan saja jumlah penduduk Indonesia berkisar 276 juta jiwa. Sudah dapat dipastikan bahwa setiap kali kita terbangun dari tidur, Indonesia memproduksi banyak sampah yang dapat menimbulkan penumpukan sampah. Jika dibandingkan lagi dengan seluruh jumlah penduduk di bumi, maka jumlahnya akan lebih banyak lagi. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah belum berjalan dengan maksimal. Hal itu diakibatkan juga karena masih minimnya alat yang digunakan dalam pengelolaan sampah tersebut. Sampah tersebut nantinya akan menjadi sesuatu yang berguna. Misalnya saja mengelola sampah menjadi sumber listrik.

Proses pemilahan sampah


B. Apa yang terjadi jika terjadi penumpukan sampah?

Sampah yang tertumpuk dapat memberikan efek yang buruk bagi lingkungan, sehingga lingkungan menjadi tidak sehat. Kondisi ini juga dapat menimbulkan adanya gas metana (CH4) yang berbahaya bagi kesehatan yang dapat memicu adanya penyakit kanker. Selain itu, sampah yang tertumpuk juga dapat merusak lingkungan, seperti pencemaran air, udara, dan tanah. Praktik yang sering dilakukan masyarakat pemukiman perkotaan maupun pedesaan, yaitu membakar sampah. Tentunya hal ini tergolong cara yang cepat dalam mengelola sampah pribadi, namun hal tersebut dapat memberikan efek negatif bagi bumi. Pembakaran sampah tersebut dapat melepaskan bahan kimia beracun yang dapat mencemari udara. Salah satu bahan kimia yang dihasilkan berupa gas karbon dioksida CO2 yang dapat menimbulkan pemanasan global. Ada hal lain juga berpikiran bahwa membuang sampah di sungai tidak bermasalah. Padahal hal itu dapat mencemari kualitas sumber mata air dan dapat membawa penyakit jika air tersebut dikonsumsi, membunuh popolasi ikan yang ada di dalamnya, mengakibatkan banjir, dan mecemari air laut dan biota yang ada di dalamnya. 

Berdiri di atas gunung sampah

Pemanasan global semakin hari semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya penipisan lapisan ozon di bumi kita. Sehingga membuat suhu bumi semakin meningkat. Akhir-akhir ini saat berada di dalam maupun di diluar rumah suhunya amat sangar panas, bukan. Bahkan pagi atau malam hari saja sudah terasa panas. Di sisi lain kita belum menyadari bahwa bumi sudah sangat rentan dilanda banjir, longsor, gempa bumi, suhu bumi meningkat, dan lain sebagainya.

Salah satu pencegahan meningkatnya pemanasan global tersebut hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan. Tumbuhan memiliki peran penting dalam menangkap gas CO2 yang diproduksi dalam reaksi fotosintesis (6CO₂ + 6H2O ==> C6H12O6 + 6O2). Reaksi fotosintesis ini menghasilkan karbohidrat dan oksigen yang berguna bagi manusia. Karbohidrat tersebut diubah oleh tumbuhan dalam bentuk buah maupun hal lain yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, sedangkan oksigen berfungsi untuk bernapas.

Mengingat pentingnya peranan tumbuhan dalam mengurangi meningkatnya pemanasan global, dalam beberapa dekade terakhir ini lahan hutan kita semakin berkurang. Diakibatkan pesatnya jumlah penduduk menjadi salah satu penyebabnya. Banyaknya aktivitas manusia menimbulkan adanya pengurangan lahan hutan atau lebih sering dikenal dengan istilah deforestasi. Hal ini sudah pernah dibahas pada halaman sebelumnya mengenai dampak deforestasi pada lahan hutan.

Deforestasi memberikan dampak juga pada keanekaragaman hayati serta punahnya flora maupun fauna. Dimana habitat flora maupun fauna semakin berkurang. Hal ini saling berkesinambungan dan memiliki keterkaitan dalam suatu ekosistem. Manusia membutuhkan hutan, hutan membutuhkan kepedulian manusia.

  

C. Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemanasan global?

Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi pemanasan global yaitu dengan cara :

1.      Melakukan pengelolaan sampah dengan zero waste melalui 3R (reduce, reuse, dan recycle)

a.       Reduce (mengurangi), melalui cara ini kita bisa dapat mengurangi penggunaan barang yang sekali pakai. Penggunaan barang sekali pakai menjadi sumber meningkatnya produksi sampah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penggunaan kantung plastik dapat diganti dengan tote bag, penggunaan sedotan plastik dapat diganti dengan sedotan yang ramah lingkungan berbahan hasil kayu melalui pemanfaatan hutan dengan bijak atau dengan bahan stainless steel, dan mengganti botol minuman berbahan plastik dengan menggunakan botol minuman yang dapat digunakan berkali-kali, seperti tumbler.

b.      Reuse (menggunakan kembali), cara ini efektik juga dalam pengelolaan sampah. Misalnya, menggunakan botol minum plastik sebagai wadah deterjen cair atau sabun.

c.       Recycle (mengolah kembali atau daur ulang), hal ini juga perlu dilakukan dalam menanggulangi penumpukan sampah. Misalnya, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, menggunakan produk yang mudah terurai, dan pengolahan botol plastik nejadi ecobrik.

Hal ini sangat penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengelolaan sampah dengan 3R memberikan dampak yang sangat besar bagi kesehatan lingkungan dan ekosistem hutan.

 

2.      Melakukan reboisasi atau peghijauan kembali pada lahan hutan. Hal ini memberikan manfaat yang baik bagi keberlangsungan manusia dan juga keberadaan flora dan fauna.

3.      Penggunaan hemat energi di dalam rumah. Hemat energi menambah umur bumi dan mencegah pemanasan global.

4.      Menggunakan kendaraan umum atau berjalan kaki untuk mengurangi polusi. Menggunakan fasilitas umum juga sangat perlu dilakukan agar suhu bumi dan kualitas udara tetap dalam kondisi yang normal.

 

Sunday, 4 December 2022

Pembagian Suku bangsa Scandentia

Apa itu bangsa Scandentia?

    Scandentia merupakan mamalia kecil pemakan serangga semi-arboreal. Serangga merupakan makanan pokok dari bangsa Scandentia. Selain itu, mamalia kecil ini juga memakan bagian dari tumbuhan, seperti buah dan biji-bijian yang lunak. Bentuk tubuhnya hampir mirip seperti bajing (Rodentia), namun moncongnya lebih panjang dan runcing. Mamalia kecil ini memiliki ukuran tubuh yang kecil, badannya pipih memanjang dengan ekor yang ditumbuhi rambut tebal. Memiliki rambut yang lebat dan halus pada badannya. Memiliki lima jari dengan cakar yang panjang dan runcing pada setiap kaki. Bangsa Scandentia memiliki sepasang mata yang besar serta pendengaran yang tajam. Tengkoraknya mempunyai tulang orbit yang besar yang membedakannya dengan bangsa Eulipotyphla. Gigi seri atas berbentuk seperti gigi taring, sedangkan gigi taring atas berbentuk seperti molar. Memiliki gigi geraham dengan permukaan kunyah yang luas seperti layaknya sebagai pemakan serangga yang memiliki pola menyerupai gergaji.

    Bangsa Scandentia memiliki perilaku aktif pada siang hari (diurnal), serta hidup soliter (menyendiri), berpasangan, atau membentuk koloni (kelompok) tergantung spesiesnya. Scandentia terdiri dari dua suku yakni Tupaiidae dan Ptilocercidae. Ptilocercidae memiliki satu anak marga dan satu jenis saja, yaitu tupai ekor-sikat (Ptilocercus lowii). Sedangkan, Tupaiidae memiliki 4 marga dan 19 jenis.

 

A. Suku Tupaiidae

     Tupai memiliki persamaan dengan bajing kecil, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong yang sangat panjang, gigi total 38, gigi serinya runcing tidak seperti bajing, dan mempunyai lima jari bercakar pada masing-masing kakinya. Tupai sebelumnya diklasifikasikan sebagai primata atau insektivora, tetapi sekarang diberlakukan sebagai suku tersendiri, dan oleh zoologiawan ditempatkan dalam bangsa tersendiri, yaitu Scandentia (Payne et al., 2000).

Klasifikasi ilmiah Tupaia sp. menurut IUCN (2022) sebagai berikut: 

Kerajaan     : Animalia 

Filum          : Chordata 

Kelas          : Mammalia 

Bangsa       : Scandentia 

Suku          : Tupaiidae 

Marga        : Tupaia 

Jenis          : Tupaia tana.

 

Tupaia tana
Tupai tanah (Tapaia tana)

 

 B. Suku Ptilocercidae

      Ptilocercidae merupakan anggota suku Tupaiidae yang hanya memiliki satu spesies saja, yaitu tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii) yang sepintas berbeda dari spesies Tupaia. Spesies ini merupakan satu-satunya anggota suku Tupaiidae yang aktif pada malam hari (nokturnal), dan tupai ekor-kecil (Dendrogale melanura) yang merupakan satu-satunya ras yang hidup di daerah pegunungan pulau Kalimantan dengan ekornya yang panjang serta kurus.

Klasifikasi ilmiah Ptilocercus lowii menurut IUCN (2022) sebagai berikut: 

Kerajaan     : Animalia 

Filum          : Chordata 

Kelas          : Mammalia 

Bangsa       : Scandentia 

Suku          : Ptilocercidae

Marga        : Ptilocercus

Jenis          : Ptilocercus lowii

(https://inaturalist-open-data.s3.amazonaws.com/photos/61250507/large.jpg)
Ptilocercus lowii





     

  Habitat tupai-tupai ini adalah hutan hujan trofik, yang menurut rata-rata curah hujan tahunannya lebih dari 2000 mm, lama musim kering (kemarau) kurang dari 2,5 bulan, dipenuhi oleh tumbuhan penutup tanah (crop) berupa pepohonan dan tegakan dengan kelembapan yang tinggi (Spargue, 1975). 

       Di hutan hujan tropik ini kesuburan tanah terpelihara. Keberadaan tupai tersebut merupakan plasma nutfah yang turut memperkaya keragaman satwa Indonesia, dimana Indonesia termasuk wilayah megadiversitas yakni wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi (Santosa dan Perdana, 2017). 

 

Sumber :

Cassola, F. 2016. Ptilocercus lowii. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T41491A22278277. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-2.RLTS.T41491A22278277.en 04 Diakses pada tanggal 04 Desember 2022.

Cassola, F. 2016. Tupaia tana. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T41501A22279356. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-2.RLTS.T41501A22279356.en. Diakses pada tanggal 04 Desember 2022

Payne, J, Francis, CM, Phillips, K, & Kartikasari, SN. 2000. Panduan Lapangan: Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak & Brunei Darussalam. Sabah Society, Wildlife Conservation Society, WWF Malaysia.

Santosa, Y. dan A. Perdana. 2017. Peranan kawasan nilai konservasi tinggi dalam pelestarian keanekaragaman jenis mamalia di perkebunan kelapa sawit: studi kasus provinsi Riau. Prosid. Sem. Nas. Biodiv. Indonesia 1(3): 81- 87.

Sprague, H.B. 1975. Evaluation of the natural resources available for agricultural production and development in the tropics and subtropics. Technical Series Bulletin of Agricultural Technology for Developing Countries 18. 8-9.

 

 

 

Friday, 2 December 2022

Pembagian suku bangsa Rodentia

Apa itu bangsa Rodentia?

    Kata rodentia berasal dari bahasa latin "rodere" yang mengandung arti pengerat/mengkrikit atau binatang pengerat yang kedudukan klasifikasinya termasuk kedalam ordo atau bangsa rodentia. Jenis binatang ini memiliki ciri-ciri adanya dua buah gigi seri atas maupun bawah yang tidak memiliki akar gigi, relatif tumbuh besar dan panjang, dan tumbuh memanjang terus sepanjang hidupnya, tidak bertaring, serta ada rumpah atau celah (gap) antara gigi seri dan geraham. Akibat pertumbuhan gigi seri di sepanjang hidupnya, rodentia harus terus menjaga panjang gigi serinya agar tidak menembus tengkorak yang dapat mengancam keberlangsungan hidupnya. Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh rodentia dalam mejaga pertumbuhan gigi serinya, yaitu dengan mengasah gigi serinya dengan cara mengkrikit benda-benda keras yang ada di sekitarnya. Misalnya, menggigit bahan yang keras seperti kaleng, kayu, dan lain sebagainya. Hal tersebut seringkali dilakukan oleh rodentia suku Muridae (tikus-tikusan).

Maxomus whiteheadi
Tikus duri ekor pendek (Maxomys whiteheadi)

    Bangsa Rodentia tidak seperti insektivora dan Tupaiidae, semua rodentia mempunya empat jari panjang, bercakar pada masing-masing kaki depan, dan ibu jari pendek yang mempunyai kuku, bukan cakar. Terdapat tiga suku besar dalam bangsa Rodentia , yaitu suku Muridae (tikus-tikusan), Sciuridae (bajing), dan Hystricidae (landak). 

    Sering kali mamalia kecil seperti bangsa rodentia dianggap sebagai hama perusak tanaman, penyebar penyakit, dan perusak perabotan rumah tangga. Populasi dari bangsa ini sangat banyak. Persebarannya sangat luas dan bisa ditemukan dimana saja, terutama pada areal pedesaan, perkortaan, maupun kawasan hutan. Banyak yang berasumsi bahwa binatang ini hanya merugikan, padahal bangsa rodentia juga memiliki peranan yang sangat penting, terutama pada ekosistem lingkungan. Aktivitasnya yang membuat sarang dalam tanah dengan cara menggali atau membuat lubang dalam tanah yang dapat meningkatkan sirkulasi udara, membawa nutrient dari dalam tanah ke permukaan, sebagai hewan uji dalam penelitian, dan sebagai salah satu sumber pakan bagi predator lain dalam menjaga keseimbangan ekosistem (Sitopu, 2022).


A. Suku Muridae (tikus-tikusan/tikus besar) 

     Muridae merupakan famili yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai kemampuan daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala jenis makanan (omnivor), dan mudah beradaptasi dengan lingkungan (Priyambodo, 2006). Terdapat dua marga besar dari suku Muridae, yaitu tikus besar (Rattus sp.) dan mencit (Mus musculus). Tikus dan mencit hanya terdapat di sekitar lokasi pemukiman manusia atau vegetasi yang telah terganggu atau diubah oleh manusia. Jenis lainnya benar-benar hanya hidup di hutan, bersifat terestrial atau sebagian atau seluruhnya arboreal (Payne et al., 2000). 

    Tikus termasuk dalam binatang pengerat (ordo Rodentia, rodere: mengerat). Ciri paling utama semua Rodentia adalah kemampuannya mengerat benda-benda dengan sepasang gigi seri yang besar, tidak memiliki gigi taring dan gigi geraham depan, sehingga terdapat bagian yang kosong antara gigi seri dan geraham belakang (diastema). Pada lapisan luar gigi seri terdapat email yang amat keras, sedangkan bagian dalamnya tanpa lapisan email sehingga mudah aus. Selisih kecepatan ausnya ini membuat gigi itu selalu tajam. Gigi seri tersebut tumbuh terus menerus dan untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang dapat membahayakan dirinya sendiri, maka tikus selalu mengerat benda apapun yang di jumpai (Ristiyanto, 2005).

     Tikus merupakan mamalia kecil yang aktif pada malam hari (nokturnal). Mamalia ini memiliki ciri kepala, badan, dan ekor yang dapat terlihat dengan jelas serta ditutupi oleh rambut. Memiliki sepasang daun telinga, dan mata dengan membran niktitans, serta mempunyai bibir kecil dan lentur. Klasifikasi atau tata nama ilmiah pada suku Muridae dapat dijelaskan sebagai berikut: 

Klasifikasi tikus adalah sebagai berikut:

Kerajaan   : Animalia 

Filum        : Chordata 

Kelas        : Mammalia 

Bangsa     : Rodentia 

Suku         : Muridae 

Marga       : Rattus 

Jenis         : Rattus sp. 

 

Klasifikasi tikus adalah sebagai berikut:

Kerajaan     : Animalia 

Filum          : Chordata 

Kelas          : Mammalia 

Bangsa       : Rodentia 

Suku          : Muridae 

Marga        : Mus 

Jenis          : Mus musculus  


B. Suku Sciuridae (bajing)

     Sciuridae adalah keluarga bajing yang memiliki jenis beragam dan terdistribusi secara luas dengan lebih dari 267 spesies yang termasuk dalam 49 genus. Famili ini tersebar diseluruh benua, kecuali Australia, Antartika, Polynesia, Madagaskar, Amerika Selatan bagian selatan dan kawasan gurun pasir. Habitat Sciuridae meliputi hutan hujan tropis hingga taman kota (Macdonald, 1993). Sebagian besar biasa hidup diurnal. Saat ini terdapat dua subfamili yaitu Pteromyinae (flying squirrels) dan Sciurinae (bajing terestrial dan arboreal) (McKenna dan Bell, 1997).

     Anggota anak suku Sciurinae biasanya aktif siang hari (diurnal), sedangkan anggota anak suku Petauristinae aktif malam hari (nokturnal). Sebagai contoh Callosciurus notatus (bajing kelapa) merupakan salah satu jenis bajing yang tergolong pada kelompok Sciurinae. Bajing kelapa merupakan jenis bajing yang menyukai habitat daerah perkebunan monokultur dan kawasan hutan sekunder untuk berkembangbiak. Hal ini yang membedakan jenis ini dengan jenis lain. Keberadaan yang sering ditemukan pada kawasan perkebunan juga menyebabkan Callosciurus notatus sering diburu karena dianggap sebagai hama. Perkebunan yang sering diusik oleh hama bajing ini pada umumnya adalah kelapa, coklat, dan sawit.

Bajing kelapa (Callosciurus notatus)

Klasifikasi ilmiah Callosciurus notatus menurut IUCN (2020) sebagai berikut: 

Kerajaan    : Animalia 

Filum         : Chordata 

Kelas         : Mammalia 

Bangsa       : Rodentia 

Suku          : Sciuridae 

Marga        : Callosciurus 

Jenis          : Callosciurus notatus

  

C. Suku Hystricidae (landak)

     Suku ini merupakan anggota Rodentia yang memiliki rambut panjang berbentuk duri kaku. Rambut ini merupakan senjata ampuh untuk melindungi dirinya terhadap gangguan musuh-musuhnya. Di Indonesia suku ini hanya memiliki anggota 6 jenis. Seperti halnya di Jawa hanya memiliki anggota tunggal yaitu Hystrix javanica (Suyanto, 2006). 

    Landak berukuran lebih besar dan lebih lebar daripada bajing atau tikus besar, dengan rambut jarum keras yang khas menutupi hampir sebagian besar tubuh bagian atas. Gigi seri dan gigi geraham belakang besar dan kuat. 

Klasifikasi ilmiah Hystrix brachyura menurut IUCN (2020) sebagai berikut: 

Kerajaan     : Animalia 

Filum         : Chordata 

Kelas         : Mammalia 

Bangsa      : Rodentia 

Suku         : Hystricidae 

Marga       : Hystrix 

Jenis         : Hystrix brachyura

 

Hystrixt brachyura
Hystrix brachyura
 

Sumber :

Macdonal, D. 1993. The Encyclopedia of Mammals. Fact on File. New York.

McKenna, M.C., Bell, S.K. 1997. Classification of Mammals Above the Species Level. Columbia University Press, New York.

IUCN (International Union For Conservation of Nature). 2020. https://www.iucnredlist.org/species/22446/111870274. Diakses pada tanggal 15 September 2020 pukul 23.46 WIB.

Payne, J, Francis, CM, Phillips, K, & Kartikasari, SN. 2000. Panduan Lapangan: Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak & Brunei Darussalam. Sabah Society, Wildlife Conservation Society, WWF Malaysia.

Priyambodo S. 2006. Tikus. Di dalam: Singgih HS, Upik KH, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP). 195-258.

Ristiyanto, dan Nurisa I. 2005. Penyakit bersumber rodensia di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan.; 4 (3): 308-19.

Sitopu, R., Nurcahyani, N., Pratami, G. D., & Mubarok, H. (2022). Diversity Of Rodentia And Scandentia Species In The Batutegi Protected Forest, Tanggamus Lampung. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen Dan Keanekaragaman Hayati (J-BEKH),9(2), 111.10.23960/jbekh.v9i2.199.

Suyanto, A. 2006. LIPI-Seri Panduan Lapangan Rodent Di Jawa. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. 4-5.

 

 




Pengelolaan sampah yang baik dapat menyehatkan lingkungan

A. Apa itu sampah? Sampah merupakan material sisa hasil dari aktivitas manusia dalam bentuk padat yang diproduksi baik dalam rumah tangg...